Puas dengan keberhasilannya mencangkok kepala tikus, Ren berencana untuk mencoba tekniknya itu pada monyet. Pada jurnal itu juga ditulis bagaimana ia berharap bisa berhasil mencangkok kepala monyet yang dapat hidup dan bernapas sendiri, paling tidak untuk sementara waktu, Seperti yang dikutip dari liputan6.com dari Time.
Meskipun pencangkokan kepala pada manusia mungkin dan bisa dilakukan, hal ini akan menuai kontroversi terkait kode etik. Para ilmuwan ragu rencana Ren itu dapat dilakukan di Amerika Serikat, bahkan untuk kepentingan eksperimental sekalipun. “Keseluruhan idenya sangat konyol,” ujar Medical Professor, Arthur Caplan dari New York University.
Transplantasi atau pencangkokan kepala menawarkan berbagai kemungkinan yang dapat mengubah hidup seseorang, khususnya bagi penderita disabilitas atau mereka yang mengalami kecelakaan dan trauma parah. Misalnya, pasien yang mengalami kelumpuhan dapat memeroleh tubuh yang berfungsi sempurna jika kepalanya dicangkokkan ke tubuh orang lain yang masih sehat. Atau misalnya pasien koma yang mengalami kerusakan atau kematian otak, namun tubuhnya masih utuh dan berfungsi normal, maka dapat terbangun dari komanya jika dicangkokkan kepala baru dengan otak yang masih sehat.
Itulah yang terjadi ketika Dr. Ren memberi seekor tikus hitam kepala baru yang berwarna coklat. Saat ia mencabut ventilator dari kerongkongan si tikus, tikus secara spontan bernapas melalui tubuh baru. Satu jam kemudian, tubuhnya menggelepar. Hingga beberapa jam setelah itu, matanya mulai terbuka.
0 comments:
Post a Comment